MANUSIA NILAI MORAL DAN HUKUM.
3. Pengaruh figure otoritas terhadap pekembangan Nilai Moral idividu
Baru-baru ini Amerika menalahkan irak kaena melakukan agresi ke Kuwait,dan akhiryna amerika dengan sekutunya melakukan agresi pula ke pulau irak. Pada tahun-tahun yang lalu amerika menuduh beberapa Negara termasuk Indonesia ang melangga hak asasi manusia, tetapi amerika pun membumi hanguskan afganistan. Demikian pula di awal reformasi,banyak orang meneriakan demokrasi dengan melakukan “perusakan”. Orang dewasa, terlebih lagi anak-anak dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah unuk menjawabnya,seolah-olah kita telah mati rasa dengan maraknya variasi nilai yang di tawarkan,setiap figure otoritas,masin-masing menawarkan nilai yang berbeda,menambah binggungna bagi anak.
Orang dewasa memiliki pemikiran bahwa fungsi utama dalam menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu apa yang harus mereka lakukan ,seberapa sering harus melakukan dan kapan harus mengakhirinya. Dengan kata lain orang tua belum yakin bahwa anak-anak telah menjaadi “ manusia “. Dengan demikian orang dewasa tidak mengurangi kebingunggan nilai anak bahkan sebalikna menambah jumlah nilai ang menimbulkan tingginya tingkat kebingungan dan ketidakjelasan nilai bagi anak. Dalam kondisi seperi inilah lembaga pendidikan perlu mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan nilai dirinya tanpa harus bertentangan dengan nila-nilai hidup dan berkembang di masyarakat.
4. Pengaruh media Komunikasi Terhadap Perkembangan Nilai Moral
Pada akhir abad ke 20,alat-alat komuikasi yang potensial telah dipekenalkan kepada ritualit kehidupan keluaraga. Seperti telephone, radio dan setelah perang dunia II ditemukan Televisi. Namun media-media tesebut jutru menyugguhkan padangan hidup yang sangat variative pada anak. Sekarang persoalan pornografi, seksualitas dan kekerasan disuguhkan secara terbuka. Sudah tentu anak akan memungut sejumlah gagasan atau nilai dari semua ini baik nilai-nilai positive dan termasuk pengaruh negativenya.
Ada kecenderungan lain,bila anak dihadapkan pada berbagai kemungkinan,maka dia akan kehilangan gagasan dan akhirnya dia akan kebingungan.
Sekarang pun muncul alat-alat cetak terbaru sengan komputerisasi yang relative lebih ekonomis,seperti Buku komik,surat kabar dan lain-lain yang isinya lebih namyak menampilkan cerita seks,criminal, dan korupsi. Bahkan gambar senonohpun dicetak,belum lagi iklan yang menawarkan layanan seksual,yang tentunya mengundang orang untuk mencobanya.
Kami ingin menyampaikan bahwa dengan dirinya sendiri anak tidak akan mampu mengambil manfaat besar yang tersedia.Jika keluarga dapat membahasnya secara masuk akal dari setiap hal yang disajikan mungin anak bisa mengambil pelajaran tentang pandangan pandangan baru dalam kehidupan ini. Jika kondisi keluarga dalam keadaan broken home,kesempatan anak dan keluarga untuk berbagi piker dan perasaan akan menyempit,dan ini akan menimbulakn kebingungan dalam kehidupan anak tersebut. Maka institusi pendidikan perlu mengupayakan jalan keluar bagi peserta didiknya dengan pendekatan klarifikasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar